Powered By Blogger

10 Juni 2009

proposal usaha

I. PENDAHULUAN


1. 1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pemasok 80-90% minyak nilam dunia. Sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang bernilai ekonomi tinggi, nilam bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan ekspor nonmigas. Minyak nilam telah tercatat sebagai penyumbang terbesar devisa negara ketimbang minyak atsiri lainnya (Tabel 1). Dari Tabel 1 terlihat bahwa diiantara komoditas minyak atsiri, minyak nilam merupakan komoditas terpenting yang mampu menyumbang devisa negara yang terus meningkat dari sebesar US $ 16.2 juta pada tahun 2001 menjadi US $ 27.1 juta pada tahun 2004 atau sekitar 59% dari total devisa dari minyak atsiri .

Berdasarkan laporan Marlet Study Essential Oils and Oleoresin (ITC), produksi nilam dunia mencapai 500 - 550 ton per tahun. Produksi Indonesia sekitar 450 ton per tahun, disusul Cina (50 - 80 ton per tahun. Pasar dunia saat ini membutuhkan sebesar 1.200 – 1.400 ton minyak nilam rata-rata setahun dengan kecenderungan yang terus meningkat. Importir minyak nilam terbesar saat ini adalah Amerika Serikat dengan tidak kurang dari 210 ton minyak nilam dibutuhkan rata-rata per tahun. Negara pengimpor lainnya antara lain Inggris, Prancis, Swis, Jerman dan Belanda.

Tabel 1. Ekspor minyak atsiri Indonesia 2000-2004 (juta US $)
NO Jenis 2000 2001 2002 2003 2004
1 Minyak Nilam 16,2 20,6 22,5 19,2 27,1
2 Minyak Atsiri Lainnya 20,7 32,0 27,4 23,3 18,3
3 Minyak Sereh 1,5 1,5 1,2 1,1 0,7
*) Sumber : http://www.depdag.go.id

Akan tetapi peluang ekspor yang besar ini belum bisa diimbangi oleh Indonesia karena beberapa hal. Menurut Hobir (2002), kendala-kendala dalam budidaya nilam adalah sbb:
(1) Produktivitas Minyak Rendah. Produktivitas minyak di tingkat petani tergolong rendah, berkisar antara 50-80 kg tiap ha. Misalnya di propinsi Aceh, produktivitas minyak nilam ber-kisar antara 49-62 kg/ha. Dengan tingkat produktivitas yang rendah tersebut dan harga minyak nilam (saat ini) Rp 145 000,-/kg, pengusahaan nilam secara menetap dengan biaya Rp 7-12 juta/ha tidak layak secara finansial.
(2) Mutu Minyak Rendah Dan Bervariasi. Teknik penyulingan yang sederhana (terdapat 581 unit penyulingan skala kecil) dan beragamnya varietas nilam yang ditanam merupakan faktor utama penyebab rendahnya mutu minyak. Pe-nyebab utama adalah tingginya inves-tasi untuk membuat alat penyulingan standar. Di lain pihak, nilai tambah dari minyak yang bermutu tinggi, kurang dihargai oleh pembeli/eks-portir, artinya perbedaan harga tidak begitu signifikan antara minyak yang bermutu rendah dengan yang bermutu tinggi.
(3) Fluktuasi Harga. Harga minyak atsiri dalam negeri selalu ditentukan oleh eksportir, sehingga fluktuasi harga sa-ngat erat kaitannya dengan permintaan dan pasokan. Bila pasokan kecil maka harga meningkat dan bila pasokan me-ningkat, harga akan menurun. Pada saat harga meningkat, petani biasanya “beramai-ramai” menanam nilam, sehingga produksi melimpah pada mu-sim berikutnya, melebihi kebutuhan dunia yang terbatas (± 1 500 ton/ tahun), menyebabkan over produksi cepat sekali tercapai, sehingga harga turun. Penurunan harga didorong pula oleh sifat petani yang tidak mampu menahan produknya dalam waktu relatif lama. Pada waktu harga rendah (sering di bawah harga produksi) petani umumnya berhenti memproduksi minyak atau menelantarkan tanamannya. Dengan demikian produk akan berkurang di pasaran dan harga akan meningkat lagi. Siklus demikian berulang terus dan petani pada umumnya tidak pernah mendapatkan harga yang paling tinggi.
Untuk meningkatkan pendapatan petani dan memperkecil resiko harga yang relatif tidak stabil, maka tanaman penghasil minyak atsiri sebenarnya bisa ditanaman di sela-sela tanaman pangan atau perkebunan. Dengan demikian, petani masih dapat memperoleh hasil dari tanaman utamanya, yakni tanaman pangan atau tahunan, dan memperoleh tambahan hasil dari tanaman “selanya”.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan kegiatan ini adalah:
(1) memberdayakan masyarakat binaan dan santri Ponpes Darul Fatah dalam intensifikasi budidaya tanaman pangan dan nilam
(2) melatih santri untuk berwirausaha dibidang pertanian
Manfaat kegiatan ini adalah:
(1) meningkatkan pendapatan petani
(2) menciptakan lapangan kerja baru
(3) mengisi kebutuhan akan minyak nilam unuk keperluan ekspor
(4) mencetak calon-calon tenaga trampil dari kalangan santri di bidang pertanian
1.3 Stakeholder
Pihak yang terkait dengan usaha ini adalah:
(1) Pemda Kabupaten Pesawaran beserta seluruh jajarannya sesuai bidangnya, yaitu Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, dan Perindustrian.
(2) Masyarakat di lokasi yang terlibat dalam proyek ini.

II. RENCANA OPERASIONAL

2.1 Calon Lokasi
Tanaman nilam dapat tumbuh subur pada tanah regosol, latosol dan alluvial dengan tekstur tanah lempung berpasir, atau lempung berdebu dan keasaman tanah antara pH = 6 - 7 dan mempunyai daya resapan tanah yang baik dan tidak menyebabkan genangan air pada musim hujan. Untuk menghasilkan daun nilam dengan konsentrasi minyak yang tinggi diperlukan sinar matahari yang jatuh secara langsung sekalipun daun nilam menjadi lebih kecil dan tebal sehingga seakan berfungsi sebagai pelindung akan menghasilkan tanaman nilam yang berdaun hijau, lebar tipis namun kadar minyaknya lebih rendah.
Persyaratan agroklimat nilam adalah sebagai berikut:
• Tanah : Gembur banyak mengandung bahan organik , tidak tergenang dan pH tanah antara 6 - 7
• Temperatur : 18 - 27oC
• Ketinggian :100 - 400 m
• Curah Hujan : 2300 - 3000 mm/tahun
• Kelembaban :60 - 70%
Disamping pertimbangan teknis, beberapa hal juga dipertimbangkan :
(1) Masyarakatnya/petani memang membutuhkan bantuan
(2) lokasi tidak jauh dari jalan raya dan mudah dijangkau oleh alat transportasi
(3) sarana dan prasarana lainnya untuk kegiatan mendukung
Berdasarkan pertimbangan di atas , maka dipilih tiga calon lokasi yang terletak di Desa Sinar Harapan, Kecamatan Kedondong, Pesawaran.

2.2 Aspek Teknis Agronomi
Tanaman nilam akan ditumpangsarikan dengan tanaman jagung pada musim hujan dan akan menjadi tanaman utama selama musim kemarau. Dengan jarak tanam jagung dalam barisan 25 cm x 25 cm dan antar barisan 1 m, maka tanaman nilam akan ditanam di antar barisan, sehingga tanaman jagung dan nilam akan menempati proposi sekitar 50% dari luas wilayah.

Untuk dapat memberikan hasil panen secara terus menerus maka perlu ada jadwal penanaman per kelompok petani. Apabila diasumsikan untuk memenuhi kapasitas penyulingan dengan kapasitas pasu pemasak 100 kg per sekali masak maka apabila dalam satu hari direncanakan 2 kali pemasakan maka akan dibutuhkan 200 kg daun kering dan lahan yang siap panen perhari 400 kg daun kering yang ekivalen dengan 0,125 hektar lahan. Apabila dalam satu bulan dilakukan 25 hari kerja maka akan diperlukan 3,125 hektar lahan siap panen.

Seluruh bagian tanaman nilam pada dasarnya mengandung minyak nilam namun dengan kadar yang berbeda. Kadar terbesar ada pada daunnya namun dalam proses penyulingan daun dan batang disuling secara bersama-sama. Pemanenan dilakukan pada umur 7 - 9 bulan setelah tanam dan panen berikutnya dapat dilakukan 3 - 4 bulan sekali hingga umur produktif 3 tahun setelah itu tanaman diremajakan.
2.3 Penyulingan
Peralatan penyulingan terdiri atas (Gambar 1) terdiri dari :
• Ketel uap
• Pasu penguapan dengan tungku pemanasan dengan bahan baku kayu atau batu bara
• Pipa pendingin
• Bak air pendingan
• Gelas penampung










Gambar 1. Bagan alat penyulingan nilam

Proses yang dilakukan dalam penyulingan minyak nilam adalah : daun nilam kering dimasukkan dalam pasu pendidih/pasu penguap airnya diperoleh dari ketel penguap. Uap mengalir kedalam daun nilam dan membawa minyak nilam dan pada proses pendinginan di pipa pendingin campuran air dan minyak mengembun kemudian ditampung pasu. Dalam pasu campuran air dan minyak dipisahkan dengan alat pemisah atau secara sederhana disendok. Hasil minyak disimpan dalam drum yang dilapisi seng (zinc coated).

Kapasitas pasu penguap 100 kg daun kering per sekali masak, waktu penguapan 8 jam dan hasil minyak nilam antara 2,50 - 3,0 kg. Kebutuhan bahan bakar persekali pemasakan 0,25 m3.

III. RENCANA KEUANGAN


3.1 Modal yang dibutuhkan

Untuk memulai usaha ini diperlukan modal kerja yang cukup. Jamaah dari Ponpes Darul Fattah yang tersebar di 3 kecamatan di Kab. Lampung Tengah akan menyediakan lahan untuk aktivitas ini, juga masyarakat yang menjadi binaan. Demikian juga perkantoran dan lokasi tempat penyulingan sudah tersedia di Desa Sinar Harapan, Kedondong. Di lokasi yang direncanakan, juga telah tersedia lokasi untuk penyulingan. Oleh karena itu, lahan tidak perlu dilakukan penyewaan secara khusus. Meskipun demikian untuk kepentingan analisis ekonomi, biaya sewa tanah tetap diperlukan untuk dihitung.

3.2 Analisis Usaha Tani dan Biaya Produksi

Secara ekonomis budidaya tanaman nilam yang ditumpangsarikan dengan tanaman jagung cukup menguntungkan. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan analisis usaha tanai sbb:
(1) luasan yang digunakan sekitar 7%5 untuk nilam dan 25% untuk jagung, sehingga produksi nilam hanya 75% dari kapasitasnya dalam 1 ha
(2) produksi daun kering siap suling 5 t/ha, sehigga dalam 1 tahun sebanyak 15t/ha, akan tetapi karena hanya 75% dari luasan wilayah, maka asumsi produksinya hanya 9t/ha yang turun menjadi 8t/ha pada tahun terakhir
(3) harga yang berfluktuasi, sehingga diasumsikan harga terendah Rp 200.000/kg minyak nilam dan tertinggi 250-ribu per kg.
Dalam masa 3 tahun tanaman nilam sudah dapat menghasilkan laba. Investasi yang dibutuhkan untuk budidaya tanaman nilam 1 ha dalam tempo 3 tahun berjumlah Rp17.098.000, Sementara penerimaan yang diharapkan bernilai Rp 31- 65 juta tergantung harga pasaran.

Tabel 2. Analisis Usaha Tani Nilam untuk 1 ha (kapasitas 75%)

0 I II III Total
A. Investasi x 1000 x 1000 x 1000 x 1000
1 Sewa lahan 1500
2 Bibit 1500
3 Alat 500
4 Pupuk kandang 1500
5 Pupuk buatan 850
6 Pestisida 350
7 ZPT 400
8 Tenaga kerja 1288
Total A 7888

B. Operasional
1 Pupuk buatan 850 900 900
2 ZPT 300 250 250
3 tenaga kerja 1883 1772 1505
4 Pestisida 200 200 200
Total B 3233 3122 2855 9210

C. Total A + B 7888 3233 3122 2855 17098

D. Penerimaan dg harga
200 ribu/kg 18000 16000 15000 49000
250 ribu/kg 22500 22500 20000 65000

E. Keuntungan/th
200 ribu/kg 6879 12878 12145 31902
250 ribu/kg 11379 16145 14023 47902



3.3 Modal Kerja yang dibutuhkan
Modal kerja yang diperlukan dengan asumsi sbb:
1) satu wilayah kegiatan akan meliputi satu kecamatan yang meliputi 20 ha, sehingga total wilayah yang akan dijangkau proyek ini 60 ha.
2) satu wilayah ada ada 1 unit penyulingan minyak nilam beserta lantai jemur dan gudangnya
3) selama aktivitas proyek, akan ada penyuluhan di bidang agama dan ekonomi (community development), sebagai cikal bakal pembentukan baitul maal, sehingga dana yang ada akan terus bergulir
4) biaya pengelolaan meliputi gaji untuk management, peralatan kantor, pajak, ATK, serta untuk aktivitas kantor sehari-hari, serta dana untuk pengawasan.

Tabel 3. Modal kerja yang diperlukan
Jenis investasi
Lokasi Biaya Jumlah
x 1000 x 1000
Persiapan dan sosialisasi 3 15000 45000
Penyiapan lahan 3 7888 473280
Alat distilasi 3 15000 45000
Bangunan dan kolam distilasi 3 10000 30000
Lantai jemur 3 12000 36000
Penyuluhan-(community development) 3 15000 45000
Pengelolaan 3 15000 540000
1214280


ANALISIS CASH-FLOW SEDERHANA



Keterangan Musim tanah (tahun)
2006-2007 2007-2008 2008-2009 2009-2010
x 1000
Pinjam dana bergulir 1,214,280 0 0 0
Penjualan 0 1,350,000 1,350,000 1,200,000
Biaya operasional 0 115,000 115,000 115,000
Penerimaan lain 0 66,000 325,000 396,000
Total cash inflow 1,301,000 1,560,000 1,481,000
Keuntungan 86,720 345,720 266,720

Berdasarkan analisis cash-flow sederhana, maka terlihata bahwa pada tahun kedua usaha ini sudah memberikan keuntungan sebesar 86,720 juta. Artinya, usaha ini layak dilakukan.

2 komentar: